Menjelang tutup tahun 2024, lumayan banyak pengusaha khususnya di level UMKM yang mengeluhkan soal penurunan daya beli masyarakat. Mulai dari target penjualan yang tidak tercapai, penurunan omzet, pengurangan karyawan, bahkan gak sedikit pengusaha yang terpaksa gulung tikar. Selama tahun 2024 berjalan, mayoritas pengusaha ngaku mereka harus pintar-pintar mengembangkan strategi supaya bisnis mereka bisa bertahan dari masalah ini. Pertanyaannya, ada apa sih dengan daya beli masyarakat dan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024? Simak pembahasannya sampai akhir ya!
1. Laju Inflasi yang Terus Merangkak Naik
Inflasi dituding jadi faktor utama kenapa daya beli masyarakat menurun 2024. Soalnya di tahun ini dampak inflasi tuh kerasa banget di kalangan masyarakat, apalagi yang pendapatannya pas-pasan. Adanya kenaikan harga barang dan jasa, khususnya kebutuhan pokok, jadi wujud inflasi yang paling relate dengan kaum pejuang rupiah. Akibatnya, makin banyak masyarakat yang sulit membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan.
Sebagai bagian dari masyarakat, Anda pasti juga turut merasakan bahwa tingginya angka inflasi membuat besarnya pendapatan jadi gak berasa. Soalnya, meskipun pendapatan masyarakat cukup tinggi, namun mereka tetap belum bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka. Hal ini tentu bikin masyarakat jadi membatasi aktivitas pembelian mereka agar bisa fokus memenuhi kebutuhan pokok. Hasilnya, pengusaha yang menjalankan bisnis di luar kebutuhan pokok akan mengalami penurunan jumlah pembeli, dan berlanjut ke penurunan omzet.
2. Tingkat Suku Bunga Melambung Tinggi
Kebijakan tingkat suku bunga merupakan wewenang dari Bank Indonesia selaku bank sentral. Tujuan kebijakan ini sebenarnya adalah menanggulangi inflasi. Ironisnya, kebijakan ini juga diklaim menjadi salah satu alasan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024. Lah, kok bisa?
Jadi saat ini laju inflasi lagi merangkak naik, dan bank sentral mengambil kebijakan dengan menaikkan suku bunga. Tujuan awalnya sih bagus, yakni agar masyarakat berhenti atau mengurangi jumlah pinjaman yang mereka ambil, dan beralih ke investasi dengan cara menabung. Terus, masalahnya dimana?
Nah, bagi masyarakat yang sudah memiliki pinjaman, kenaikan tingkat suku bunga ini justru bikin masalah baru! Soalnya, bunga dan nominal pinjaman mereka otomatis jadi tambah gede. Alhasil, alih-alih tabungan, mereka justru kewalahan menggunakan uang untuk melunasi nominal pinjaman yang membengkak.
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kian Melambat
Laju pertumbuhan ekonomi dalam kondisi saat ini udah kayak lingkaran setan. Pasalnya, laju pertumbuhan ekonomi jadi salah satu alasan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024. Namun di saat yang sama, penurunan daya beli masyarakat juga bikin laju pertumbuhan ekonomi melambat. Bingung kan?
Sederhananya gini, laju pertumbuhan ekonomi itu berpengaruh ke jumlah lapangan kerja dan tentunya pendapatan masyarakat. Ketika laju pertumbuhan ekonomi melambat, otomatis banyak perusahaan mengalami penurunan omzet karena tidak ada pembeli. Dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa berujung pada pengurangan tenaga kerja atau bahkan, ya, bangkrut.
Nah, terus gimana nasib para pekerja dari perusahaan yang gulung tikar ini? Tentu saja mereka bakal kehilangan sumber pendapatan dan gagal memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini jugalah yang menjadi laju pertumbuhan ekonomi kian melambat.
4. Kenaikan Harga Energi dan Bahan Bakar Minyak
Sampai saat ini, energi dan BBM jadi salah satu kebutuhan pokok yang memegang peranan penting di kalangan masyarakat. Pasalnya, harga energi dan bahan bakar minyak yang dikenal fluktuatif ini ternyata sangat menentukan harga barang dan jasa. Dengan kata lain, kalo harga energi dan BBM naik, maka otomatis harga barang dan jasa juga akan mengalami kenaikan.
Masalahnya, perang di beberapa belahan dunia bikin pasokan bahan bakar minyak menurun bahkan gagal memenuhi jumlah permintaan. Akibatnya, harga minyak di pasar global makin melambung tinggi. Tapi santuy dulu gak sih, kan ada subsidi?
Eits, nyatanya meskipun ada subsidi kalau permintaan tidak terpenuhi ya otomatis hukum supply-demand yang berlaku. Dengan kata lain, akan tetap ada lonjakan harga energi dan BBM. Artinya, masyarakat juga akan tetap terkena imbas dari kenaikan harga, yang menjadi alasan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024.
5. Kondisi Pasar Tenaga Kerja di Masa Kini
Kondisi pasar tenaga kerja punya pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka artinya terjadi ketimpangan antara jumlah tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus tahun 2023, angka pengangguran terbuka di Indonesia berada di angka 5,86%. Angka ini disebut sudah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Pernyataannya, bisakah Pemerintah menyelesaikan PR untuk menurunkan angka pengangguran terbuka di penghujung tahun 2024 yang udah tinggal 2 bulan ini? Mengingat jumlah pendapatan masyarakat yang menurun menjadi salah satu alasan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024.
6. Rate Pajak yang Meningkat
Kenaikan pajak menjadi salah satu poin kekhawatiran masyarakat dari berbagai kalangan, baik pengusaha maupun para pekerja. Pasalnya, kebijakan menaikkan penerimaan pajak yang dilakukan Pemerintah tentu berimbas ke pemenuhan kebutuhan barang dan jasa masyarakat.
Tahun ini, pajak pertambahan nilai (PPN) masih stuck di angka 11% setelah sebelumnya naik di tahun 2022. Tapi jangan tenang dulu! Angka tersebut dikabarkan bakal naik lagi jadi 12% di tahun 2025 mendatang. Kenaikan PPN ini bisa dikatakan menjadi salah satu faktor penyebab utama kenapa daya beli masyarakat menurun 2024.
Pasalnya, meskipun PPN dan pajak lainnya mengalami peningkatan, nyatanya masyarakat belum merasakan dampak signifikan dari kenaikan pajak. Malah sebaliknya, masyarakat justru memandang kenaikan pajak sebagai pengurangan pendapatan konsumsi yang bikin kebutuhan jadi gak terpenuhi. Soalnya kalau ngomongin objek pajak PPN, hampir semua kebutuhan masyarakat dikenakan PPN.
7. Ekonomi Internasional Lagi Memanas
Faktanya, penurunan daya beli masyarakat bukan hanya dialami oleh Indonesia saja. Banyak negara-negara di dunia juga mengalami hal yang sama. Bahkan tak sedikit negara yang menyatakan diri bangkrut usai gagal bayar hutang negara akibat perlambatan laju ekonomi.
Intinya, ketidakpastian di pasar global punya pengaruh penting ke harga barang dan jasa global, serta distribusi barang. Sebagaimana kita ketahui, adanya krisis ekonomi, bencana alam, dan perang menjadi alasan kenapa ketidakpastian di pasar global semakin meningkat.
Hasilnya, berbagai negara termasuk Indonesia harus terkena dampak dari ekonomi Internasional yang kian memanas. Wujudnya beragam, mulai dari kenaikan harga komoditas, munculnya hambatan perdagangan, dan penurunan permintaan global. Hal ini disinyalir menjadi penyebab kenapa daya beli masyarakat menurun 2024.
8. Subsidi Pemerintah yang Dicabut atau Dialihkan
Harga energi dan BBM di pasar global yang terus melonjak tajam membuat subsidi Pemerintah jadi terkesan kurang efektif. Soalnya, meskipun ada anggaran untuk subsidi, tapi harga energi dan BBM toh akan tetap naik juga karena permintaannya terus meningkat.
Oleh sebab itu, Pemerintah mulai bikin wacana untuk pelan-pelan mencabut subsidi harga energi dan BBM. Apalagi setelah ditinjau, ternyata penikmat subsidi harga energi dan BBM ini kurang tepat sasaran. Nah, anggaran subsidi ini rencananya bakal dialihkan ke program lain yang dianggap bakal lebih tepat sasaran. Tapi ya walau begitu kebijakan ini tetap bakal berimbas ke kenaikan harga barang yang berujung pada penurunan daya beli masyarakat.
Jadi, itu dia 8 alasan kenapa daya beli masyarakat menurun 2024. Mau tahu gimana cara menyusun strategi bisnis buat mengatasi penurunan daya beli konsumen? Konsultasi ke Finemine yuk! Cek website sekarang di finemine.id/ untuk eksplor jasa keuangan mereka!